DALAM LAMUNAN
Masih terasa bebal di pergelangan tangan dalam kerapatan urat dan pembuluh. Setiap tekukan direspon rasa sakit, setiap gerakan seperti pegal.
Syukurku pada Tuhan, kala emosi menjadi permainan, telinga belum berfungsi normal menjadi alasan tersendiri ketidak seimbangan dalam berdiri dan berjalan.
Aku belum juga tahu, dan mungkin tidak pernah tahu, malaikat kematian selalu bernegosiasi dengan peri kehidupan, menjadikan ku sebagai bayaran, dan semoga untuk kebaikan....
12 mei 2014, menjadi cacatan tersendiri, ketika vonis medis mengabarkan maningitis melanda peradabanku, banyak tangis disana, raut sedih terasa menguasai kebingungan.
Dalam tidur ku rasakan bisikan satu satu dari ibu, kakak , istri tersayang tentang orang orang tercinta yang datang dan terpukul cemasnya, melihatku dalam ranjang tak berdaya.
Tak ada beban lagi di hati, seperti saat ketakutan mendominasi perasaan .
Usahaku hanya kepada kesembuhan, dan tugas Tuhanlan memainkan kartu mati dan hidup
Sejenak ku tertegun, sayup terdengar suara yg kurindu, peri kecil memanggil dalam keasyikan, memaksa menaiki ranjang tempat terbaring, memberikan salam kecup tanda kesetiaan.
Syukurku tak terbendung, kesadaran hidup ku temukan, orang orang tercinta bertaruh doa, harta dan air mata. Memohon pengkabulan terhadap perjuangan langka. Terima kasih Tuhan, terim kasih saudara semua, kesempatan ketiga, semoga direstui kekuatan, taqwa untuk berlaga menyelesaikan semua dengan indah sesuai kehendakNya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar