Kamis, 20 November 2014

seraya, 15 nov 2014 Baksos

jalur tak bersahabat menolak terinjak
menjerit roda memaksa memeluknya
memberi cerita laksana satria berkuda
dari kabin yang riuh tawa canda,

dan ketika kereta kita tak lagi bernyawa
habis tenaganya ditantang medan
mendadak senyap menyapa debar hati
"akankah sampai" gumammu
"anak anak pasti sudah menunggu" jawabku

masih ada kaki untuk mencapainya
benamkan saja di kerikil serta batu,
raskan pijatannya, dan angin kering
pasti memberi tuntunan pada debu

rindu yang menghambur tak terbendung
mengalir jadi bulir garam dikulit
di jamu anak anak alam dan guru kebijakan
berpayung matahari seperti restu
pertemuan cinta dan kemanusiaan,

tenggelam kita dalam cengkrama
karena rindu telah membalut jiwa
dengan keringat yang merekatkan cerita
diteras kelas berselimut debu
seperti lotion di kaki kaki mungil tak bersepatu

di ujung lensaku .....
volunteers bule itu
bernyanyi tak hirau tak jemu
memukul kebekuan, dan pecahlah tawamu
merekapun menari bernyanyi bersama

namun ada malu...
mengendap menyelinap
berbisik bisik pada hati kecilku
entah bertanya atau mempertanyakan
sikapku dan saudaraku yang ora rungu




dan rasa haus itu....
mengacaukan pesta
sedangkan air kau tak punya,
masihkah mungkin ...
sisa keringatmu kujadikan pelepas dahaga...?
karena dahagaku telah terhapus
dengan senyum polosmu

seraya, 15 nov 2014
Baksos Bumi Sehat Foundation

Tidak ada komentar:

Posting Komentar